Catatan Renungan
Pertama :
Siapa itu LADUMA dan
Siapa juga SANGGIA BENDERA . ??
Laduma
adalah anak dari Zuwa dengan Lokonomo ...!
Laduma bukanlah Sanggia Bendera
seperti kisah dari mulut ke mulut yang beredar dikalangan warga Mekongga.
Laduma tidaklah berumur panjang, karena hanya sampai berumur 4 tahun.
Sanggia
Bendera adalah anak kedua dari Larum Palangi .. Sanggia Bendera adalah nama yang
diberikan oleh Larum Palangi .. bukan "Sangia Nibandera"
apalagi mengakatakan bahwa Sangia Nibandera adalah raja yang pertama
masuk Islam di Kerajaan Mekongga. Hal ini sangat menyesatkan,
karena Larum Palangi sendiri ayahnya dari
Arab dan ibunya dari Tiongkok (China).
Perlu diketahui bahwa didalam
Kerajaan Mekongga terdapat 7 (tujuh) pintu, setiap pintu diberi nama dengan
menggunakan tulisan arab gundul. Jika memang Sanggia Bendera adalah raja
Mekongga yang pertama masuk Islam, bagaimana mungkin ketujuh pintu dalam
Kerajaan Mekongga Menggunakan tulisan arab gundul. Sedangkan Kerajaan
Mekongga dibangun oleh Larum Palangi dan gurunya Pullah. (Mohon
dijadikan renungan).
Tentang gambar/lukisan Laduma/Sangia
Nibandera yang beredar dimasyakat penulis meragukan keaslian wajah dari Laduma.
Kenapa Tokoh Sangia Nibandera yang hadir duluan gambar wajahnya ada,
sedangkan Tokoh-tokoh yang lain gambar wajahnya tidak ada.
Walaupun itu merupakan sebuah
gambar/lukisan pasti sedikitnya mempunyai Aura Mistis yang terpancar dari
gambar/lukisan tersebut. Apalagi gambar/lukisan tersebut adalah seorang Tokoh
yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Ingat Kata Sangia/Sanghiang
berarti Dewa/Keramat. (Mohon dijadikan renungan).
Perlu pembaca ketahui bahwa RAJA yang pertama dari
Kerajaan MEKONGGA adalah GURU PERTAMA dari
Larum Palangi yaitu PULLAH. Sanggia Bendera bukanlah Laduma,
seperti yang penulis uraikan diatas, bahwa LADUMA adalah cucu dari Larum
Palangi, sedangkan SANGGIA BENDERA adalah anak dari Larum Palangi. Sanggia Bendera menikah dengan Girasa dan
tidak mempunyai keturunan. Semoga artikel ini dapat meluruskan sejarah
yang simpang siur dan beredar dikalangan warga Mekongga yang sengaja ditulis
dan diberitakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa mereka
yang telah khilaf dan menyengsarakan warganya sendiri.
Terhimbau untuk saudara-saudaraku di Wundulako, Baula dan sekitarnya serta dimanapun berada, mari kita bersama-sama meluruskan SEJARAH Kerajaan Mekongga yang merupakan warisan Leluhur kita yang wajib kita jaga bersama kemurniannya tanpa bumbu pemanis demi ambisi berkuasa serta kepentingan pribadi dan kelompoknya. Semoga kelak ada anak bangsa ini yang mau dan berani meluruskan SEPENGGAL dari SEJARAH bangsa ini yang hilang.
Kedua :
Guci Perunggu diarea Makam Sanggia Bendera bukanlah tempat berwudlu seperti yang selama ini kita ketahui lewat cerita-cerita rakyat Mekongga. Guci tersebut ada 2 (dua) buah yang satunya masih berada di dalam Kerajaan Mekongga dan moksa/hilang bersama benda-benda lainnya. Kegunaan dari kedua Guci tersebut adalah untuk mencuci kaki, bukan untuk berwudlu dan Guci tersebut tidak mempunyai kekuatan/kasiat apapun. Jangan sampai kita terjebak dalam kemusrikkan, karena menganggap Guci tersebut mempunyai kekuatan yang bisa memberi dan menunjukkan sesuai hal yang akan terjadi dikemudian hari. Sebuah benda mempunyai kekuatan Magis itu karena kehendak Allah. Jadi dengan kata lain dapat diambil kesimpulan bahwa SEGALA sesuatu yang terjadi di DUNIA ini, itu karena kehendak ALLAH SWT. (Mohon dijadikan renungan)

Ketiga :
Di dunia ini, semua jabatan raja berlaku menurun (turun temurun) dan
selanjutnya disahkan oleh dewan adat pada kerajaan tersebut.
Seorang Putra Mahkotalah atau keturunan raja saja yang pasti dan kelak akan
menjadi Raja. Seorang panglima perang dan anak keturunannya tidak
berhak jadi raja, apalagi seorang rakyat kebanyakn. Tidak ada seorangpun yang mengangkat
dirinya sendiri menjadi raja kecuali KEN AROK. Itupun Ken Arok lakukan
dengan membunuh raja Tumapel (Tunggul Ametung) terlebih dahulu, baru
kemudian menikahi istri raja tersebut (Ken Dedes) dan selanjutnya mengkangkat
dirinya menjadi raja dengan gelar SRI RAJASA. Ambisi Ken Arok yang bukan
siapa-siapa dan anak siapa-siapa telah membawah diri serta mengkangkat
namanya dalam coretan tinta emas sejarah bangsa ini.
Kalau sekarang ini ada yang mengaku dirinya raja Mekongga ke-14 ? Darimana datangnya raja tersebut ? Kapan raja tersebut disahkan dan dilantik dewan adat? Apakah raja tersebut putra Mahkota ? Apalagi mengatakan bahwa yang menunjukkan "diri"nya menjadi raja Mekongga ke-14 adalah Leluhur. Pada kesempatan ini penulis ingin menanyakan Leluhur yang mana ???. Pada tulisan ini penulis ingin menyampaikan sedikit data dari Prof. Dr. H. Anwar, M.Pd. dkk yang diterbitkan oleh Humaniora Utama Press Bandung, Oktober 2009 sebagai referensi. Dalam tulisan tersebut Prof. Dr. H. Anwar, M.Pd. dkk menulis bahwa raja Pertama dari Kerajaan Mekongga adalah ANAKIA LARUM PALANGI, sedangkan raja ke-14 adalah Bokeo Bioha (sekitar abad 18). Bagaimana mungkin jika di abad 20 ini tepatnya ditahun 2013 ada yang mengaku dirinya raja Mekongga ke-14 ???. Agar kita tidak terjebak terlalu jauh tentang makna yang sesungguhnya dari keberadaan seorang raja di abad modern ini dan demi mewariskan nilai-nilai luhur dari budaya bangsa kita yang harus kita lestarikan, mari kita kembali ke SILSILAH ... LIHAT LAGI SILSILAH pelajari dan tegakkan kebenaran. Jangan ada lagi Ken Arok-Ken Arok lain di tanah Mekongga.
Keempat :
Mahkota, Pada tulisan terdahulu penulis
pernah menyampaikan ciri-ciri dari Mahkota raja Kerajaan Mekongga adalah :
a. 2
(dua) kepala Kongga dengan sayap membentang
b. 1
(satu) kepala Kongga menghadap serong kekanan
c. Dan
1 (satu)nya lagi menghadap kedepan
d. Antara sayap satu dengan yang lainnya saling bertemu
Jika sekarang ini khususnya masyarakat Wundulako, Baula dan sekitarnya
dan umumnya masyarakat Indonesia yang telah dipertontonkan lewat media Televisi
bahwa ada yang mengaku dirinya sebagai raja ke-14 dari Kerajaan Mekongga dengan
memperlihatkan beberapa benda pusaka dari raja-raja Mekongga, salah satunya
adalah Mahkota, jika ciri-cirinya tidak sesuai dengan apa yang
penulis sampaikan diatas, penulis menjamin 1000 % Mahkota
tersebut Aspal (Asli tapi Palsu). Mungkin Asli untuk
asal dari daerah Mahkota itu diambil dan dibuat dan pasti Palsu karena
bukan berasal dari bumi Mekongga. Pada kesempatan ini penulis mengajak
semua komponen anak bangsa dan negeri yang kita cintai ini untuk berani
mengatakan dan mengungkapkan satu kebenaran. Khusus tentang Catatan
Renungan Tiga dan Empat, penulis langsung bertanya (telphon) kepada
yang bersangkutan pada saat acara live di salah satu TV suasta, dan yang
bersangkutan minta maaf kepada penulis.
Acara Silet ditahun 2013. Apa
yang penulis sampaikan ini Fakta dan Hoax.
Bagus postingannya... sebagai pemerhati sejarah usaha anda utk meluruskan fakta sejarah tidak berhenti sampai ditulisan ini saja... perlu upaya - upaya yg lebih agresif lagi... jika boleh sya saran utk tulisan berikutnya agar banyak mencantumkan sumber data baik itu informan ataupun referensi buku, makalah hasil seminar atau kitab-kitab peninggalan kerajaan. Sebab sya pernah membaca buku dgn judul "sangia nibandera penyebar agama islam di tanah mekongga" penulis Drs.Munaser Arifin (pencipta lagu daerah "mekongga") lahir di wundulako. Penerbit Taman Budaya Sulawesi Tenggara ditulis tahun 1994. Intinya dalam buku tersebut terdapat penjelasan yg berbeda dgn yang anda utarakan spt laduma bukanlah sangia nibandera namun dalam buku tersebut menjelaskan bahwa laduma dan sangia nibandera adalah orang yg sama. Dibuku tersebut banyak menuliskan nama-nama informan dan sumber referensi sehingga bagi kaum akademisi pemerhati sejarah sangat sulit utk meragukan kebenaran materi buku tersebut. Namun jika memang postingan anda memiliki bukti yg kuat saya sangat mengharapkan bahwa usaha anda tidak terhenti di blog ini. Sebab bagaimnapun fakta sejarah harus diluruskan tidak boleh menjadi bahan manipulasi utk kepentingan seseorang ataupun golongan...
BalasHapusSemangat dan doa utk anda, kebenaran akan timbul... itu pasti!!!
DITUNGGU PERKEMBANGAN SELANJUTNYA!!!
Saya sampai ke sini karena tergoda dengan istilah "Sangia" / "Sanggiang". Ini adalah nama salah satu desa di kec. Sape, Bima, NTB. Saya tidak tahu apakah kesamaan nama antara salah seorang raja Mekongga dengan nama kampung saya memiliki hubungan sejarah atau tidak. Tetapi saya masih penasaran dengan kesamaan yang sangat jarang terjadi seperti ini.
BalasHapusPerlu ditelusuri ..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskalau ayah dari sangia nibandera adalah sangia nilulo(teporambe)
BalasHapuskalau larumpalangi adalah raja pertama di mekongga