Burung "KONGGARAHA" atau biasa disebut KONGGA sebenarnya sudah ada sejak jaman Larum
Palangi datang ke tanah Mekongga, namun pada saat itu burung tersebut masih
kecil seperti elang/rajawali pada umumnya.
Pada saat pemerintahan SIKIRI yang kemudian diteruskan oleh LAPOTENDE
burung tersebut tumbuh dan berubah menjadi burung buas dan sangat ganas. Burung kongga berubah menjadi buas dan ganas
dikarenakan hutan tempat mencari makan baginya dijadikan pemukiman bagi penduduk
Mekongga/Kolaka pada waktu itu, yang semakin bertambah. Karena
tidak ada lagi bahan makanan yang bisa dimakan dihutan tersebut akhirnya burung
kongga memangsa Manusia dan hewan ternak warga (orang Mekongga/Kolaka) dan sekitarnya. Timbul kecemasan dikalangan masyarakat Mekongga
dan sekitarnya pada saat itu. Sebagai
orang yang berkuasa dan wajib melindungi warganya Lapotende maju untuk membunuh
burung tersebut. Dengan 2 (dua) buah
keris yang ada padanya (Keris Ali Pote
dan Keris Sawuwepita), Lapotende berusaha membunuh burung tersebut namun
usaha Lapotende sia-sia, dalam usahanya untuk membunuh burung kongga, Lapotende
mendapat bisikan gaib bahwa burung tersebut hanya bisa
dibunuh dengan BAMBU KUNING. Kesempatan
yang ada tidak disia-siakan oleh Lapotende, bambu kuning yang ada didekatnya
dipatahkan kemudian ditombakkan keburung kongga tersebut. Usaha terakhir dari Lapotende berhasil baik,
burung kongga jatuh ketanah dan mati didekat sungai. Darah yang mengalir dari tubuh burung kongga
sampai ke sungai dan memerahkan air sungai tersebut. Sungai tersebut diberi nama SUNGAI MEKONGGA.
Kisah diatas penulis sampaikan dalam versi yang
sebenarnya dan bukan rekayasa dan dapat dipertanggungjawabkan serta diuji
kebenarannya. Kisah yang menyatakan
bahwa burung Kongga dibunuh oleh LARUMPALANGI dan saudaranya WEKOILA adalah kisah
dari mulut kemulut yang tidak berdasar dan sangat keliru. Apalagi jika diceritakan kalau yang membunuh Burung Konggaraha/Burung Kongga adalah seorang BUDAK yang bernama TASAHEA dari LOEYA, tentu sangat menjerumuskan dan menyesatkan. Sekali lagi penulis tegaskan bahwa yang membunuh Burung Konggaraha adalah seorang Raja Mekongga dialah LAPOTENDE. Agar lebih jelasnya penulis sarankan agar
pembaca bisa membuka lagi tulisan-tulisan penulis terdahulu tentang “Asal Kerajaan Mekongga” Kisah terbunuhnya
burung Kongga terjadi sekitar tahun 18xx dan bukan pada tahun 19xx. Larum Palangi datang ketanah Mekongga sekitar abad ke-12. Sejak Belanda masuk ke Sulawesi Tenggara sekitar tahun 1815 dan di lanjutkan oleh Jepang sekitar tahun1942 tidaklah membawa kebaikan bagi warga dan rakyat Mekongga bahkan membuat kesengsaraan bagi rakyat. Dan setelah tentara Jepang kalah perang melawan sekutu, NICA
masuk di kendari. Kembalinya Belanda di daerah ini sebagai NICA ditentang oleh
penduduk. Dengan senjata rampasan dan dengan semangat heiho dari Jepang,
penduduk mengadakan perlawanan terhadap NICA dalam rangkaian perjuangan
Republik Indonesia
mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Dalam zaman kekuasaan Belanda dan Jepang, baik
Kerajaan Konawe maupun Kerajaan Mekongga menjadi hancur. Sampai dengan tulisan ini kami buat, belum ada data implisit yang termuat dalam literatur yang lengkap mengenai Sejarah Kerajaan Mekongga dan wilayah kekuasaannya, hal ini karena keterbatasan data, dan terlalu banyaknya cerita dari mulut -kemulut yang tidak berdasar dari orang-orang yang mengaku keturunan yang sah dari Larum Palangi untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri dan kelompoknya dari polemik yang ada yang sengaja mereka ciptakan.
Semoga Allah SWT
melindungi kita semua dari segala tipu daya syaithan dan kroni-kroninya.
Penulis
Abbas archa
Distorsi sejarah jadinya ini.....
BalasHapusDalam buku-buku cerita yang sering saya baca
memang begitu ditulis, bahwa yang membunuh
Kongga Raksasa (Kongga Owose) tersebut adalah Larumbalangi (seharusnya Larumpalangi, y)...
bukan Lapotende
seperti yang bapak tuliskan di atas.
di situs http://mariachmad.blogspot.com/2009/06/kongga-owose.html dan situs lainnya juga menulis kesalahan itu (lagi)....
Apa yang anda baca dari buku2 yang telah ada menurut saya sangat tidak mendasar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya ... Cerita saya berasal dari dari Ayahanda saya Muhammad Kondi Pullah anak tunggal dari Siti Nauso Pullah dan Konna ... Cerita ayah saya berasal dari Nenek Beliau WEPITA dan suaminya LAPOTENDE ... ! Bahwa darah yang mengalir dalam tubuh saya ini bisa saya pertanggungjawabkan sebagai keturunan yang sah dari Larumpalangi sang pemilik Mekongga dan Lapotende Pullah penerusnya hingga sampai ke Ayahanda saya ... Saya berani dan bersedia menggunakan sumpah adat yang berlaku di Mekongga untuk membuktikan apa yang saya tulis dan sampaikan ... ! Jika anda kurang puas atas jawaban saya silahkan anda SMS saya, insyah Allah saya akan menghubungi anda dan menjelaskan panjang lebar tentang apa yang anda tanyakan ... !!
Hapusmaaf mau tanya... abbas, anda itu orang mekongga ya.?? kenapa kok lebih mirip orang Maluku (agak hitam & rambut bergelombang)... orang mekongga kan putih-putih kayak cina, dan rambutnya lurus.
HapusItu karena ketidaktahuan anda tentang kerajaan mekongga, bahkan orang-orang di wundulako yang mengaku keturunan dari Larumpalagi saja, tidak mengetahui letak dimana Larumpalangi raja mekongga pertama di makamkan. Nanti kalau saya tunjukkan letaknya dibilang mengingau disiang hari ..hhhhhhhhhhhhmmmmmmmm
Hapus