Sebelum saya mulai
dengan tulisan ini, ijinkan saya untuk mengupas sedikit tentang Kerajaan
Padangguni untuk para pencari kebenaran khususnya pemerhati sejarah
kerajaan-kerajaan Nusantara. Pada kesempatan ini juga saya mohon maaf
yang seluas-luasnya jika apa yang saya tulis berseberangan (berbeda) dengan
cerita yang ada di masyarakat dan apa yang diketahui para pecinta sejarah
kerajaan-kerajaan Nusantara. Perbedaan
itu indah jika kita bisa menerima dan memahaminya, perbedaan itu akan menambah
wawasan berpikir kita, dengan perbedaan yang ada ilmu kita semakin bertambah
bahwa diatas langit masih ada langit, dan tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sampaikan satu kebenaran yang
kamu ketahui walaupun itu hanya satu paragraf yang kamu tulis daripada satu buku yang kamu
sampaikan tetapi isinya penuh dengan kebohongan.
ULASAN
:
1.
Menurut cerita yang ada sekarang ini Kerajaan
Padangguni berdiri sejak abad ke-2 Masehi dengan rajanya LARUMBESI TANGGOLOWUTA-1, kemudian muncul nama raja BUNDUWULA-1 yang memerintah tahun 1574 s/d 1649 ,sebagai raja Padangguni selanjutnya. Cerita
ini hilang begitu saja karena tidak ada peralihan DINASTI dari raja Larumbesi
Tanggolowuta-1 pada abad ke-2 Masehi ke raja BUNDUWULA-1 pada abad ke-16 Masehi.
2.
TANGGOLOWUTA adalah
anak dari ONGGABO (raksasa)
dengan PODE SUWA yang bergelar ELU KAMBUKA SIO ROPO (gadis berambut 9 depa). Tanggolowuta mempunyai seorang kakak
yang bernama ANAMIANDAPO. Onggabo menjadi raja di
Konawe sekitar tahun 1500 s/d tahun 1530 Setelah Onggabo
mangkat, Anamiandapo menggantikan ayahnya sebagai raja di Konawe tahun 1530 s/d 1540. Tidak begitu lama Anamiandapo menjadi raja,
Anamiandapopun mangkat karena tidak mempunyai keturunan (anak) akhirnya
Tanggolowuta diangkat menjadi raja Konawe pada tahun 1540 s/d 1570.
Selanjutnya Tanggolowuta menikah dengan WEBARANDI dan
mempunyai dua orang putri yang bernama MBULANDA
dan WE’ALANDA.
Kedua anak Tanggolowuta diperistri oleh ELU
LANGGAI. Dari pernikahan Elu Langgai dengan Mbulanda mereka mempunyai seorang anak
bernama HALUOLEO, sedangkan dari pernikahan Elu Langgai dengan We’alanda mereka
mempunyai empat orang anak yaitu : MELAMBA, PUTEO, TAWE
NIWITE dan LARONO WONUA. Setelah raja Tanggolowuta
mangkat, Elu Langgai menjadi raja Konawe sekitar tahun 1570 s/d 1600, setelah Elu Langgai Mangkat Melamba naik tahta sekitar tahun 1600 s/d 1620 menggantikan
ayahnya. Dan setelah raja Melamba
mangkat terjadi kevakuman pemerintahan selama dua generasi, dan berakhirlah
Dinasti Onggabo di Konawe. Pada kisah
ini raja Tanggolowuta
adalah cucu dari Wekoila dan Ramandalangi, karena Pode Suwa adalah anak dari
Wekoila. Pada ulasan kedua ini Tanggolowuta menjadi raja di
Konawe bukan pada Padangguni, karena setelah kerajaan Padangguni runtuh karena
diserbu oleh kerajaan Wawolesea dan
kerajaan Besulutu Wekoila
selanjutnya menjadi raja disana dan mengganti nama kerajaan Padangguni menjadi
kerajaan Konawe.
Catatan : Coba perhatikan, pada pada ulasan Pertama Raja Larumbesi Tanggolowuta-1 menjadi Raja pada kerajaan Padangguni pada abad ke-2 Masehi dan tidak begitu jelas asal usulnya, sedangkan pada ulasan kedua Raja Tanggolowuta adalah anak dari Onggabo dan Pode Suwa (jelas asal usulnya) dan menjadi Raja setelah kakaknya Anamiandapo mangkat, dengan demikian Raja Tanggolowuta menjadi Raja pada kerajaan Konawe pada ± abad ke-15 masehi.
Pertanyaan : Apakah Raja Larumbesi Tanggolowuta-1 pada kerajaan Padangguni adalah orang yang sama dengan Raja Tanggolowuta pada kerajaan Konawe ?
Catatan : Coba perhatikan, pada pada ulasan Pertama Raja Larumbesi Tanggolowuta-1 menjadi Raja pada kerajaan Padangguni pada abad ke-2 Masehi dan tidak begitu jelas asal usulnya, sedangkan pada ulasan kedua Raja Tanggolowuta adalah anak dari Onggabo dan Pode Suwa (jelas asal usulnya) dan menjadi Raja setelah kakaknya Anamiandapo mangkat, dengan demikian Raja Tanggolowuta menjadi Raja pada kerajaan Konawe pada ± abad ke-15 masehi.
Pertanyaan : Apakah Raja Larumbesi Tanggolowuta-1 pada kerajaan Padangguni adalah orang yang sama dengan Raja Tanggolowuta pada kerajaan Konawe ?
3. Sejak kedatangan LARUM PALANGI di Padangguni ± abad ke-9
Masehi. Sebenarnya Padangguni bukanlah
sebuah kerajaan, karena hanya berupa sebuah DUSUN yang terdiri dari 15 rumah dengan 5 sampai
dengan 6 orang dalam satu rumah. PADANGGUNI saat itu oleh orang-orang yang mendiami
dusun tersebut menyebutnya dengan nama PANDANGIGUNI,
mengapa demikian karena saat itu Pandangiguni terletak
di suatu HUTAN yang dialiri sungai dan rumah mereka terletak diatas
pohon-pohon (sekarang
daerah tersebut dikenal dengan nama UNAAHA. Dusun Padangiguni saat itu adalah dusun yang paling banyak penduduknya dibandingkan dengan dusun-dusun sekitarnya Pandangiguni saat
itu dipimpin oleh seorang yang bernama SONDANGIA PULLAH.
Pada saat LARUM PALANGI datang dari
negeri China bersama kedelapan saudaranya di Pandangiguni mereka
masih remaja, oleh Sondangia Pullah mereka diterima untuk menetap di daerah
tersebut. Sebagai seorang Pemimpin pada masa itu Sondangia Pullah merupakan seorang publik figur yang memiliki banyak kelebihan (berilmu tinggi dan perkasa), dapat melindungi dan mengayoni, sangat berpengaruh dan Kharismatik. Sondangia Pullah pada masa itu mempunyai kekuasaan mutlak selaku Pemerintah atau Penguasa, Pemuka Agama, Pemuka Adat. Karena hal yang
dimiliki oleh Sondangia Pullah itulah akhirnya Larum Palangi berguru
kepadanya. Setelah beberapa tahun
kemudian datanglah Kelompok orang dari Tengah.
Kelompok orang yang datang dari Tengah ini sangat banyak jumlahnya dan mengaku serta mengatakan kalau Pandangiguni adalah daerah mereka, untuk menghindari pertumpahan darah maka Sondangia Pullah dan Larum Palangi beserta kelompoknya pindah dan keluar dari dusun tersebut dengan berjalan kaki mencari tempat baru dan akhirnya berdiam di MEKONGGA (sekarang WUNDULAKO) (baca route perjalanan Larum Palangi di Tanah Mekongga). Ditanah yang baru inilah Larum Palangi mendirikan sebuah kerajaan yang akhirnya dikenal dengan nama Kerajaan Mekongga dengan rajanya yang pertama Sondangia Pullah. Inilah kerajaan yang pertama yang telah berbentuk kerajaan (bangunan) yang berdiri di Sulawesi Tenggara.
Kelompok orang yang datang dari Tengah ini sangat banyak jumlahnya dan mengaku serta mengatakan kalau Pandangiguni adalah daerah mereka, untuk menghindari pertumpahan darah maka Sondangia Pullah dan Larum Palangi beserta kelompoknya pindah dan keluar dari dusun tersebut dengan berjalan kaki mencari tempat baru dan akhirnya berdiam di MEKONGGA (sekarang WUNDULAKO) (baca route perjalanan Larum Palangi di Tanah Mekongga). Ditanah yang baru inilah Larum Palangi mendirikan sebuah kerajaan yang akhirnya dikenal dengan nama Kerajaan Mekongga dengan rajanya yang pertama Sondangia Pullah. Inilah kerajaan yang pertama yang telah berbentuk kerajaan (bangunan) yang berdiri di Sulawesi Tenggara.
Semoga ulasan yang
singkat ini dapat bermanfaat bagi para pencari
kebenaran, dan semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua dari
sifat-sifat sombong dan keangkaramurkaan dan semoga kita tetap berjalan dijalan
lurusNya … Aamiinn.
Tunggu kisah-kisah Heboh selanjutnya … !
Info lengkap dapat menghubungi kami di :
1. 081348264141
atau di : abbas.archa@gmail.com Fb. abbas_archa@ymail.com
Penulis
Abbas Archa